Kakorlantas Polri Hapus Budaya “Tot Tot Wuk Wuk” di Jalan Raya

Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho. Foto: Divisi Humas Polri

KalbarOke.com — Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Al Washliyah (PW GPA) Provinsi DKI Jakarta menyampaikan apresiasi tinggi kepada Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho atas kebijakan tegas dan progresif dalam menghapus budaya “Tot Tot Wuk Wuk” di jalan raya.

Ketua PW GPA DKI Jakarta, Dedi Siregar, menilai kebijakan tersebut berhasil mengubah perilaku pengendara di berbagai wilayah. Suara sirene dan strobo dari kendaraan non-prioritas kini nyaris tidak terdengar lagi, menciptakan suasana jalan raya yang lebih tertib dan nyaman bagi masyarakat.

“Kami menyampaikan rasa hormat setinggi-tingginya kepada Kakorlantas Polri atas keberhasilan menerapkan kebijakan progresif yang menekan, bahkan nyaris menghapus budaya ‘Tot Tot Wuk Wuk’ di jalanan Indonesia,” ujar Dedi, Jumat (10/10/2025).

Istilah “Tot Tot Wuk Wuk” selama ini dikenal sebagai simbol perilaku pengendara arogan—membunyikan klakson sembarangan, menggunakan sirene ilegal, dan berkendara ugal-ugalan. Namun, perubahan signifikan kini mulai terlihat di jalan-jalan besar maupun kecil di ibu kota.

Baca :  Pura-Pura Jadi Ahli Spiritual, Pria Residivis Cabuli Remaja 17 Tahun di Rumah dan Hotel

Menurut Dedi, keberhasilan ini bukan semata hasil dari penindakan, tetapi juga karena adanya peningkatan kesadaran kolektif yang didorong oleh edukasi publik dan penegakan hukum yang konsisten oleh Korlantas Polri.

“Kebijakan ini tidak hanya menyentuh aspek lalu lintas, tetapi juga mencerminkan upaya serius Polri dalam membangun budaya tertib dan saling menghormati di ruang publik,” imbuhnya.

PW GPA menilai langkah Kakorlantas yang mengedepankan pendekatan persuasif serta pemanfaatan teknologi pemantauan modern berhasil membawa perubahan nyata. Masyarakat kini merasakan ketenangan di jalan raya tanpa gangguan suara sirene dan klakson yang tak pada tempatnya.

Baca :  Pemerintah Akan Audit Bangunan Pesantren Tua Cegah Risiko Ambruk

“Dua pekan setelah larangan penggunaan sirene untuk pengawalan diumumkan, suara ‘tot-tot wuk-wuk’ benar-benar menghilang. Kami angkat topi untuk Kakorlantas atas langkah kecil yang berdampak besar,” kata Dedi.

PW GPA juga mengapresiasi strategi edukatif yang diterapkan Korlantas melalui kampanye kesadaran lalu lintas dan penegakan hukum yang tegas namun humanis. “Kami yakin, dengan strategi ini Indonesia akan menuju peradaban lalu lintas yang lebih tertib dan beretika,” ujar Dedi.

Sebagai bentuk dukungan, PW GPA mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas otomotif, pengemudi ojek daring, dan pelaku transportasi publik untuk turut menjaga ketertiban di jalan. “Jalan raya adalah ruang publik milik bersama. Sudah seharusnya kita menjaga kenyamanan dan keselamatan bersama,” tutup Dedi. (*/)