Oleh : Mursalin
“Mencari Negarawan”. Demikian diantara brand program televisi di tanah air, menyertai hiruk pikuknya kegiatan Pemilihan Umum Kepala Daerah atau biasa disingkat Pemilukada, yang dihelat ditahun 2015 ini. Dari sebutan “NEGARAWAN” tersebut, jelas sekali tergambar, betapa besarnya pengharapan publik, pengharapan kita semua, terhadap proses demokrasi, ajang menjaring kepemimpinan di level daerah, bernama Pemilukada.
Pemilukada kali ini memang menjadi sorotan, ramai, dan bisa dibilang agak istimewa dari biasanya. Salah satunya karena pelaksanaan suksessi kepemimpinan daerah yang serentak secara nasional. Lebih duaratus daerah kabupaten dan kota-plus propinsi, yang akan melakukan hajatannya untuk memilih bupati, walikota, dan gubernur pada tanggal 9 Desember 2015 ini-termasuklah di Kalbar ada tujuh daerah. Sementara, jumlah calon pasangan gubernur maupun calon pasangan bupati dan walikota yaitu sebanyak delapanratusan, yang tersebar di seluruh Indonesia.
Melihat dari jumlah daerah yang menghelat pesta demokrasi, delapanratusan pasangan calon yang bertarung dan melibatkan seratusan juta lebih pemilih, tentu kita akan berkata, “Wa-aw..!!”. Sudah bisa dibayangkan, betapa hiruk pikuknya prosesi demokrasi tersebut. Efek turunan, efek domino, efek lanjutan, pasti bakal banyak sekali. Termasuklah tentu dana yang dikeluarkan. Baik oleh pemerintah maupun masing-masing kontestan yang saling berkompetisi. Sudah bisa dipastikan, angkanya akan super jumbo dan super fantastis.
Kalu masing-masing pasangan, rerata mengeluarkan dana minimal Rp 5 miliar sampai Rp 10 miliar saja-bahkan bisa lebih jumbo lagi-untuk operasional Pemilukada, maka ongkos yang dikeluarkan oleh pasangan calon kepala daerah jumlahnya sekira bakal mencapai delapan triliunan rupiah lebih. Nah, berarti, kalau ditotalkan dengan anggaran yang dikeluarkan pemerintah, maka dana secara nasional yang ‘terkuras’ untuk perhelatan demokrasi bernama pemilukada ini, angkanya bisa tembus mencapai sepuluh triliunan rupiah lebih.
Tapi, ya, sudahlah! Kita tinggalkan saja dulu, terkait ongkos yang dikeluarkan untuk suksesi kepemimpinan daerah tersebut. Mari kita kembali ke persoalan “NEGARAWAN”, sebagaimana judul tulisan ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negarawan adalah seseorang yang ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan:beliau (negarawan) merupakan pahlawan besar dan-agung. Sikapnya sangat diperlukan dalam menghadapi persoalan kemasyarakatan.
Kalau mengacu pada arti atau definisi tersebut, melahirkan dan membentuk seorang nagarawan jelas menjadi sangat penting. Ditengah carut marut bangsa yang masih terjadi saat ini-pasca tujuh belas tahun kita melaksanakan reformasi, Indonesia amat membutuhkan negarawan bertangan dingin untuk mengurus berbagai persoalan bangsa dan negara, serta mengarahkan perahu bernama Indonesia ini kearah tujuan yang sesungguhnya-sebagaimana yang dicita-citakan. Maka dari itu, bukan suatu yang berlebihan tentunya, ketika uang triliunan rupiah, pun harus dikeluarkan dalam rangka mencari negarawan sejati di negeri ini.
Sudah seharusnya, perhelatan Pemilukada tidak hanya sekadar dipandang sebagai kegiatan rutinitas dan formalitas belaka. Setelah terpilih, pemimpin yang telah diberikan mandat oleh rakyat, lantas sibuk dengan urusannya sendiri. Misalnya sibuk mengurus kelompok yang telah mendukung serta melunasi hutang dana Pemilukada. Lebih dari itu, mestinya, tidak bisa tidak, sang pemimpin hendaknya langsung tancap gas untuk melakukan kerja nyata atas janji kampanye yang telah disampaikan, dengan muaranya adalah untuk menyejahterakan masyarakat yang dipimpinnya. Karena satu priodesasi-lima tahun, bukanlah waktu yang panjang untuk bekerja bagi seorang gubernur, bupati dan walikota yang benar-benar serius untuk memajukan daerah dan rakyatnya.
Idealnya, pasca Pemilukada tahun 2015 ini, kita akan segera mendengar, banyak daerah di tanah air yang sudah mampu mandiri untuk mengelola daerah-tanpa harus terpaku ke pusat setiap saat. Begitupun persoalan energi (listrik) dan air bersih, mampu teratasi dengan kreatifitas daerah. Infrastruktur jalan mulus, akses pendidikan dan kesehatan mudah dan murah, terbukanya lapangan kerja, dan lain sebagainya yang terkait dengan kemakmuran dan kesejahteraan, bisa dan mampu dilakukan oleh daerah. Alhasil, sehingga demikian, dari sejumlah keberhasilan tersebut, sang negarawan yang berhasil memajukan daerahnya, kelak akan dicatat sejarah dengan tinta emas dan dikenang sepanjang masa.
Pemilukada jelas merupakan peristiwa penting. Karena itu, proses pelaksanaan Pemilukada yang panjang ini-hampir setengah tahun berjalan tahapannya, sepatutnya lah untuk kita kawal dan terus jaga bersama. Semoga Pemilukada di negeri ini, termasuklah di Kalbar, akan berjalan aman, damai, tertib, dan lancar sebagaimana yang diharapkan, serta mampu melahirkan (apabila fugur baru yang terpilih) dan membentuk (apabila petahana yang terpilih) “Negarawan sejati” yang sesungguhnya . Selamat datang wahai “Sang Negarawan” di bumi persada tercinta.** (Penulis adalah Direktur PONTV)
Artikel ini telah dibaca 1614 kali