PONTIANAK, KB1 – Musim kering yang melanda Kalimantan Barat hingga saat ini menyebabkan air Sungai Kapuas tercampur air laut sehingga kadar garamnya meningkat. Padahal air tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, satu diantaranya membudidayakan ikan arwana. Para pembudidaya ikan arwana terpaksa membeli air gunung karena tidak bisa lagi menggunakan air Sungai Kapuas untuk proses budidaya.
Satu diantara pembudidaya ikan arwana di Kabupaten Kubu Raya, Yudi Kal Setiawan mengaku usahanya merugi saat musim kering seperti saat ini. Hal itu terjadi karena para pembudidaya ikan arwana biasanya mencampur air gunung dengan air Sungai Kapuas untuk budidaya ikan arwana. Namun karena saat ini air Sungai Kapuas terkontaminasi air laut, mereka tepaksa membeli air gunung lebih banyak dari kondisi normal.
“Pada budidaya rumahan seperti saya ini perbadingan air gunung dan air Sungai Kapuas kita gunakan 1:2, 1 tangki air gunung dicampur 2 tangki air Kapuas, nah karena air Sungai Kapuas asin kita jadi murni menggunakan air gunung, sekali angkut paling tidak 600 sampai 700 ribu Rupiah” keluhnya.
Selain biaya operasional yang membengkak akibat musim kering, bisnis ikan arwana juga terpukul akibat kurs Dollar terhadap Rupiah yang melonjak tinggi. Sejak beberapa bulan terakhir pembeli bahkan pelanggan ikan arwana diakui Yudi sangat berkurang jumlahnya.
“Sejak Bulan Juli pertengahan tahun ini bisnis sudah mulai sepi, sampai sekarang rasanya kondisi makin sulit, pengaruh ekonomi global serta dampak pelemahan nilai Rupiah terhadap Dollar sangat terasa di bisnis ikan arwana ini” sambungnya.
Berdasarkan perkiraaan Yudi, omzetnya saat ini turun 50 persen dari awal tahun, bisnis ikan arwana yang dilakoninya dikatakan seolah mendapat banyak cobaan pada penghujung tahun 2015 ini. Bahkan cuaca yang buruk sering menyebabkan ikan arwana budidaya miliknya banyak yang terganggu kesehatannya (fjr/06).
Artikel ini telah dibaca 1775 kali