Menikmati wisata bahari. Merasakan angin sepoi sambil mendengar deburan ombak, tentu sudah biasa. Tapi menikmati bahari dari bawah laut, hanya orang tertentu saja yang bisa menikmatinya.
Orangnya santai. Tidak perlente dan tampil apa adanya. Jika diajak bicara, gaya bahasanya pelan dan hati-hati. Begitu berbicara masalah laut, orang ini mirip perpustakaan berjalan. Cerdas dan mencerahkan. Erwansyah (30 tahun) nama lelaki itu.
Pada sebuah siang, akhir November 2012, penulis berbincang dengan Irwansyah. Diketahui ayah tiga anak ini tinggal di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.
Pria rendah hati ini kesehariannya adalah bekerja sebagai tenaga honorer Dinas Kelautan dan Perikanan Kubu Raya. Tapi siapa menyangka, di luar pekerjaan itu, Erwansyah adalah aktivis lingkungan bawah laut.
Kegemaran mencintai bahari bermula saat masih menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun 2002 silam. Selama kuliah, mahasiswa jurusan Perikanan ini senang bertualang saat masih aktif menjadi Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA). Dari situ dirinya berkesempatan berkenalan sejumlah aktivis lingkungan. Mulai dari aktivis pecinta alam pegunungan, hutan sampai bawah laut.
Dari perkenalan itu Erwansyah sempat tertarik diantara kenalan tadi yang mengenalkan olahraga diving kepadanya. Alasan lain, olahraga jenis ini baru sedikit orang yang tertarik.
“Begitu ada kesempatan mengikuti kegiatan diving, saya ikuti,” katanya.
Diving atau bahasa Indonesia menyelam dalam artinya bertahan di bawah air. Dalam pengertian cabang olahraga, selam dapat dikategorikan menyelam tanpa alat bantu pernapasan, misalnya snorkeling dan selam bebas.
Mulanya ia masuk menjadi peserta diving di Persatuan Olahraga selam Indonesia (POIS) Kalbar pada 2003. Karena dianggap potensial, Erwansyah mengikuti sertifikasi dari POSI.
Dalam dunia penyelaman harus ada sejumlah jenjang tingkatan seseorang untuk mendapatkan sertifikasi. Yakni sertifikasi AI, AII, A III, AIV dan sertifikasi instruktur penyelam. Syarat itu wajib didapat bagi seorang penyelam. Tujuannya agar para penyelam mendapatkan beragam bentuk materi dan pelatihan dari jenjang tingkatan selama melakukan aktivitas menyelam.
Berawal dari snorkeling. Di situlah Erwansyah mengenal olahraga menyelam. Dari kegiatan snorkeling atau yang juga kerap disebut selam permukaan atau skin diving, Ermansyah memutuskan untuk mempelajari scuba (self-contained underwater breathing apparatus) diving, yaitu menyelam di laut yang lebih dalam dengan disertai alat bantu menyelam seperti tabung oksigen, masker, dan lain sebagainya.
“Rasanya pengin lebih lama saja di dalam laut,” kata Endi menjelaskan alasannya untuk mempelajari teknik menyelam.
Di kolam renang Gor Pangsuma, Pontianak saja, hampir setiap minggu ia melihat makin banyak orang yang belajar menyelam di sana – suatu prosedur yang biasa terjadi untuk menyelam, yaitu berpraktik dulu di kolam renang.
Bisa mencapai 5-10 orang. Selain itu, ia melihat juga ada pertumbuhan jumlah toko-toko peralatan menyelam di Jakarta dan dive center-dive center di berbagai kota, terutama di tempat-tempat pariwisata. “Sekarang sudah ada dua sampai tiga dive shop di Jakarta,” ujarnya
Sayang pertumbuhan jumlah orang di Kalbar yang melakukan kegiatan menyelam belum banyak. Dari situ, kemudian Erwansyah memutuskan untuk bergabung dengan komunitas (Inahasa Diving Club) pada 2010, tempat ia belajar teknik-teknik menyelam baik secara praktik maupun teori.
Bahkan ia menjadi orang pertama di Kabupaten Kubu Raya yang telah memiliki sertifikasi master diving. Sertifikat itu menunjukkan identitas diri bagi Irwansyah. Selain memiliki lisensi menyelam, juga bisa berkesempatan melakukan penelitian dari bawah laut dan juga bisa mendirikan organisasi pecinta bahari di daerah.
Erwansyah sendiri sudah mengikuti semua sertifikasi yang disebutkan di atas. Tinggal satu sertifikasi lagi yang belum diperoleh. Yakni menjadi instruktur penyelam. ” Sekarang tinggal menunggu kabar pelaksanaan saja,” katanya.
Menurut Erwansyah, di Kalbar baru 3 orang memiliki sertifikat ini. Artinya masih terbuka lebar peluang bagi orang yang ingin menikmati wisata bahari dari bawah laut. Nah, untuk bisa mencapai akses itu, ada tahapan yang harus dilakukan.
Sejak bergabung dua tahun yang lalu itulah, alumni siswa SMU Purnama Pontianak ini kepingin ingin mendirikan perkumpulan atau organisasi diving di Kabupaten Kubu Raya.
Alasannya, daerah ini banyak memiliki pulau yang berpotensi dikembangkan dan dipromosikan menjadi pusat diving. Salah satunya adalah Pulau Mas III di Kecamatan Padang Tikar dan berbatasan langsung dengan laut Karimata, Kabupaten Kayong Utara.
Sayang akses perjalanan menuju ke lokasi masih terisolir. Tidak ada transportasi yang mengarah ke daerah tersebut. “Jadi, akses kita menuju ke Pulau Mas III harus menggunakan transportasi sendiri,” katanya. Yakni dengan cara menyewa kapal kelotok milik nelayan dengan lama jarak tempuh perjalanan dari Batu Ampar lebih kurang 3-4 jam untuk sampai ke lokasi.
Begitu sampai ke lokasi, Erwansyah menjamin, siapapun yang datang tidak akan rugi menikmati panorama pemandangan alam bahari di pulau itu. Erwansyah sendiri sudah beberapa kali melakukan penyelaman di pulau itu.
“Hasilnya sungguh mengagumkan,” katanya.
Di Pulau itu ternyata masih banyak menyimpan terumbu karang dan kaya dengan biota laut. Begitu terjun di kedalaman 10-20 meter, terumbu karang dengan aneka warna terlihat jelas dari mata memandang. Karena di pulau didukung tingkat kecerahan yang baik dilakukan para penyelam. Yakni jarak pandang antara 3-5 meter waktu normal.
Bagi para penyelam scuba (scuba diving) jarak pandang atau visibillty adalah satuan kejernihan air untuk kegiatan menyelam. Biasanya dinyatakan dalam satuan jarak seperti meter dan feet. Semakin jauh jarak pandang kita sewaktu menyelam, air semakin jernih semakin mudah untuk melihat objek selam, sebaliknya semakin pendek jarak pandang, maka kita akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyelaman.
Selain pulau Mas III, Erwansyah sendiri sudah pernah menjajal sejumlah pulau terluar lainnya di Kalimantan Barat. Diantaranya Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Pulau Karimata, (Kabupaten Kayong Utara), Pulau Temajuk, (Kabupaten Pontianak) Pulau Tanjung Datok (Kabupaten Sambas), dan Pulau Bawah Air (Ketapang).
Diantara pulau tadi, yang paling ekstrem dilakukan para penyelam adalah Pulau Tanjung Datok. Pasalnya alam laut di pulau itu berbatasan langsung dengan Malaysia dan laut Cina Selatan.
Dirinya pernah melakukan penyelaman di pulau itu bersama sejumlah rekan Inahasa Diving Club. Tujuannya pada saat itu ingin meneliti biota laut dan melakukan penanaman terumbu karang.
Begitu terjun di kedalaman 20-30 meter dari dasar laut, dirinya menemukan langsung lubang tempat ikan hiu berlindung. “Lubangnya cukup besar. Diameternya setinggi orang dewasa,” katanya. Beruntung tidak ada satu hiu pun yang keluar dari sarang. Tapi perasaan takut dan was-was tetap menghampiri para penyelam.
Bagi para diving, hewan buas di laut masih menjadi momok menakutkan bagi para penyelam. Meski para penyelam itu sendiri sudah mendapat bekal pelatihan selama mengikuti sertifikasi. Diantaranya materi penyelamatan pertolongan pertama pada saat penyelam menderita cedera atau diserang hewan laut atau mendapat bekal teknik melakukan penyelaman tanpa kecerahan atau menyelam pada malam hari.
Menurut Erwansyah, ada beberapa hewan laut yang dianggap berbahaya pada saat melakukan penyelaman. Sedapat mungkin hewan itu harus dihindari. Diantaranya ikan hiu, barakuda, ular laut dan lainnya. Ikan jenis ini sangat sering bersembunyi atau menyamar dibalik pasir. Ketika decent di sandy bottom diver sering tidak menyadari bahwa ada hewan laut yang berbahaya yang sedang bersembunyi. Di situ bahayanya, pada saat ikan diinjak, daya lecut ikan tadi sangat hebat, sampai 40 mil/jam.
“Masih pada ingat seorang pembawa acara TV ternama bernama Steve Irwin meninggal gara-gara terkena sabetan ikan pari,” katanya.
Bahaya binatang laut lainnya adalah belut moray. Tubuhnya pipih agak panjan, tinggal pada lubang-lubang terumbu karang. “Makanannya ikan-ikan kecil, giginya sangat tajam, sifatnya agak pemalu, hindari dan jangan pernah menyentuhnya karena bila diganggu ia akan bersikap agresif,” katanya.
Diantara dua tadi, binatang yang paling berbahaya adalah ular laut. Sejauh ini Erwansyah bersama rekan lainnya belum pernah melihat sosok binatang satu ini. Namun sejumlah sumber mengatakan ular laut ternyata memiliki bisa lebih hebat daripada ular cobra.
“Sekali kena sengatan bisa, diyakin orang tersebut tidak akan bertahan lama. Bisa menjalar dalam hitungan detik,” katanya.
Tenang, diantara ancaman hewan laut tadi, bagi seorang diving, jika sudah terjun ke dasar laut, ketakutan tadi menjadi hilang setelah melihat betapa besarnya keagungan Tuhan menciptakan alam berada di kedalaman, penyelam juga bisa melihat jenis biota laut, terumbu karang beraneka warna, serta menikmati suara gemuruh ombak yang bersahabat.
Cara mewujudkan kecintaan Erwansyah diantaranya ikut terjun melakukan penanaman terumbu karang, menjaga dan tidak membuang sampah di perairan dan ikut serta penelitian terumbu karang.
“Tujuannya ikut menjaga kelestarian terumbu karang kita,” katanya.
Sejauh ini baru dua titik kegiatan Erwansyah melakukan penanaman terumbu karang. Yakni di Pulau Lemkutan dan di Pulau Penata Besar, keduanya di Kabupaten Bengkayang.
Sementara untuk penanaman substrat terumbu karang pernah dilakukan di Pulau Temajuk, Kabupaten Pontianak dan Pulau Kabung, Kota Singkawang.
Substrate terumbu karang yang dicampur dengan pasir dan semen.
Uniknya, setiap orang bisa menuliskan namanya pada secarik plastik untuk digantungkan pada setiap substrate yang sudah ditanami potongan 4-6 cm terumbu karang ini sebagai ‘tanda’ bahwa mereka sudah mengadopsi terumbu karang tersebut sekaligus ikut melestarikan alam.
Setelah seluruh substrate berisi potongan terumbu karang (dan tulisan nama) siap, acara ‘menanam terumbu karang’ bisa dilakukan dengan melakukan penyelaman di titik lokasi yang ditentukan. Diantaranya pada kedalaman sekitar 1,5 hingga 2 meter.
Meski Irwansyah sendiri sudah lama menggeluti dunia selam menyelam di bawah laut, ada satu yang gundah dalam benaknya. Ia ingin suatu saat nanti muncul generasi baru seorang penyelam. Khususnya datang dari putra Kabupaten Kubu Raya.
Mereka nantinya yang akan bertugas menjaga dan melestarikan terumbu karang dari bawah laut. Karena mereka yang menggemari diving secara tidak langsung muncul jiwa yang menjiwai kecintaan menjaga kelestarian dunia bawah laut.
Khususnya sejumlah pulau terluar dimiliki Kabupaten Kubu Raya rawan terancam perusakan terumbu karang oleh “congkelan” para nelayan di perairan mencari ikan menggunakan pukat harimau dan lainnya.
Itu belum lagi kegiatan eksploitasi tambang di sekitar pulau dimana limbah langsung terbuang ke laut. Secara otomatis akan merusak terumbu karang dan biota laut di dalamnya.
Ia melihat sekarang banyak sekali potensi anak muda untuk dijadikan seorang atlet selam. Mereka bisa diberdayakan untuk mengikuti beragam kegiatan. Misalnya diikutsertakan pada ajang lomba bahari. Yakni katagori nomor laut dan kolam. Diantaranya swimming, orientasi bawah laut (OBA) emerson dan lainnya.
“Tinggal kita membentuk wadah yang bisa menampung dan memfasilitasi anak muda ini agar mencintai dunia bahari,” katanya.
Dari situ, secara langsung Pemkab Kubu Raya bisa mengkader para penyelam sebanyak mungkin. Dari tenaga mereka nantinya bisa diberdayakan. Seperti melakukan penelitian bawah laut dan sekaligus menjaga serta mencegah terumbu karang yang dimiliki daerah ini.
Bagaimana dengan peralatan dan kebutuhan selama melakukan penyelaman?
Untuk persyaratan ini, para pemula tidak perlu khawatir. Pasalnya di Kalbar sudah ada sejumlah wadah yang mampu memfasilitasi kegiatan para penyelam. Diantaranya Inahasa Diving Club, merupakan agen wisata dengan spesifikasi khusus pada kegiatan menyelam (diving). Lembaga ini sudah berpengalaman memandu wisatawan menjelajahi dunia bawah laut yang penuh misteri. Dengan instruktur berpengalaman dan bersertifikasi nasional.
Sementara penggagas lembaga ini tidak lain adalah Erwansyah bersama rekan sesama pecinta dunia bawah laut. Selama ini sudah banyak generasi muda di pelbagai daerah ikut tergabung dalam organisasi ini. Nah, khusus untuk Kabupaten Kubu Raya, Erwansyah masih berjuang keras untuk mencari dukungan untuk mencari potensi dimiliki anak muda di daerah ini.
Diantaranya dukungan dana dan sumber daya manusianya. Karena untuk terjun ke dunia diving membutuhkan dana besar. Yakni berkisar 2-3 jutaan perorangan. Dana itu digunakan untuk mengikuti sertifikasi, akomodasi perjalanan menuju ke lokasi dan terkahir sewa alat kebutuhan selam. Diantaranya kompresor, tabung, regulator, FIN, masker, pemberat, kamera underwater, handy cam bawah air dan fasilitas lainnya.
Nah, dengan melahirkan jiwa penyelam kepada generasi muda menunjukkan kepada mereka bahwa sekarang alam bahari untuk bersenang-senang sudah rusak. Bagaimana cara tempat senang-senang bisa baik? Yakni dengan cara mengajari mereka melihat langsung ke dalam laut, mereka akan merasa peduli. Sekaligus menyadari, jika alam laut tidak diselamatkan, sudah tidak ada tempat lagi mereka untuk senang- senang. (agus wahyuni)
Artikel ini telah dibaca 1772 kali