Sintang – Bupati Sintang dr. H. Jarot Winarno, M.Med.PH, menyebut program pertanian dan perkebunan di Kabupaten Sintang cukup banyak. Namun selama kurun dua tahun lebih ini belum terlihat hasil yang maksimal. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sintang juga sama dengan Kabupaten lainnya di Kalimantan Barat.
“Kurangnya lahan pertanian dan perkebunan, kurang banyak produktivitas hasilnya, kemudian kurang sering untuk ditanami,” jelasnya saat menghadiri Kegiatan Mimbar Sarasehan dan Rembug Madya Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sintang, di Aula Hotel Sartika Puri Sintang, Senin (3/12).
Jarot Winarno mencontohkan, sawah yang seharusnya bisa tiga kali panen dalam setahun, namun ternyata hanya dua kali bahkan sekali. Kemudian sawit yang satu hektar seharusnya menghasilkan 7 ton, ternyata hanya bisa menghasilkan 2 – 3 ton/hektar.
“Rumah saya, rumah kopi di Kecamatan Bukit Kelam yang mengahadap ke sawah, saya berpikir itu sawah hasil padi bisa panen tiga kali dalam satu tahun, tapi ternayata para petani di sana dalam satu tahunnya hanya bisa dua kali panen dalam satu tahun bahkan ada yang hanya satu kali panen dalam satu tahun,” jelasnya.
Dia berharap melalui kegiatan sarasehan dan rembug madya ini ada masukan dan saran baik dari para penyuluh maupun teman-teman KTNA. “Agar bisa menyelamatkan dan memberikan peningkatan pada program pertanian dan perkebunan yang dilaksanakan di daerah ini,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sintang, Inosensius mengatakan, kegiatan yang digelar merupakan kegiatan rutin setiap akhir tahun, guna memusyarawahkan dan mengevaluasi kegaitan pertanian di Kabupaten Sintang.
”Kegiatan ini bagaimana kegiatan program yang sudah dilakukan dalam satu tahun dan apa yang menjadi hambatan, bagimana kita memprogramkan mengatasi hambatan dan permasalahan guna meningkatkan keberhasilan program ke depan,” jelasnya. (Zz)
Artikel ini telah dibaca 1615 kali