Kisah Buruh Lepas, Pencari Rumput yang Tak Berharap UMP

PONTIANAK, KB1- Sabitan arit dan gerobak yang dipenuhi rumput di bawah terik Bumi Khatulistiwa, jelas bukan pekerjaan yang mudah. Peluh pun mengucur deras. Meski demikian, sabetan arit terus mengayun, demi menopang ekonomi keluarga.

Adalah Abdul yang menggeluti profesi tersebut. Sebagai tukang pencari rumput untuk dijual kepada para peternak sapi ini tak pernah minder dengan usaha yang dijalaninya.  Hari itu warga Jalan Karya Baru tersebut sedang menerabas semak. Dalam hitungan menit semak rumput menjadi lapang. Saat kalbarsatu.com menyambangi Abdul. Ia pun  seketika menghentikan aktivitasnya. Lagi-lagi peluhnya turun dari kening hingga seluruh badan.

“Biasanya satu hari saya dapat rumput hanya satu becak saja,” kata Abdul, ditaksir berumur 50-an.

Ia pun mengeluhkan kondisi Kota Pontianak yang semakin padat. Ia menceritakan jauh sebelum itu, Kota Pontianak masih kaya akan padang rumput. Para pencari rumput untuk ternak sapi seperti Abdul pun tak kesulitan mendapatkan lahan rezekinya.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

Sekarang, Kota Pontianak sudah berbeda. Bukannya padang rumput yang ada, justru Kota ini sudah penuh dengan padang perumahan. Yang tersisa hanya petak-petak semak rumput, yang bisa diterabas oleh Abdul dan lainnya.

“Dulu saya bisa kumpulkan rumput banyak. Sekarang hanya dapat satu becak. Susah benar mencari rumput sekarang, “ tutur kakek, dengan mengenakan baju merah tersebut.

Wajar saja, orang sepertinya menyalahkan pembangunan kota yang mengabaikan hak bagi Abdul, yang hanya mengandalkan rumput untuk menopang ekonomi keluarga.

“Karena sudah banyak gedung, saya jadi susah mencari rumput,” tuturnya. Pendapatkan Abdul menjadi tidak tetap.

Sebagai tukang tebas rumput, pendapatan Abdul tentu tidak tetap. Tidak seperti buruh lainnya yang menerima gaji harian maupun bulanan. Bukan pula meneria tunjangan yang berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang ditetapkan oleh pemerintah, di mana setiap tahunnya selalu naik sedikit.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

Beruntung selain menjual rumput, Abdul juga memilik ternak sapi. “Jika sapi itu sehat terus kadang-kadang tujuh sampai delapan bulan baru kami dapat uang,” tuturnya.

Ia mengaku saat ini memiliki tujuh ekor sapi. Sapi yang besar nantinya akan ia jual kepada agen. Meski terbilang banyak, dalam setahun, ia tidak bisa menjamin seluruh sapinya bisa terjual.

“Kadang-kadang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja kami terpaksa berhutang sana-sini, “ katanya. (sai/01)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1906 kali