PONTIANAK, KB1 – Ketua Forest Watch Indonesia (FWI), Tugu Manurung mengatakan upaya perlindungan hutan yang bertolak belakang dengan pembukaan lahan secara besar-besaran akibat adanya mafia perkebunan. Pasalnya sudah menjadi rahasia umum, banyak mafia yang mengaku pemilik perusahaan perkebunan meminta lahan hanya untuk mencari keuntungan dari membabat hutan.
“Setelah mendapat izin, mafia tersebut melakukan aksinya dengan membabat habis hutan dan menjual hasil hutan tersebut. Kemudian setelah mendapatkan keuntungan berlipat dari penjualan kayu, lahan yang telah dibuka tidak kunjung ditanami,” katanya kepada kalbarsatu.com.
Secara pribadi, Tugu Manurung sangat mendukung perkembangan dunia pertanian. Namun masalahnya, kerap terjadi pembukaan lahan hutan yang tidak sesuai pemanfaatannya. Bahkan kejahatan mafia perkebunan tersebut tidak cukup sampai di situ. Lahan yang masih kosong lantas dijual lagi ke perusahaan lain dengan harga yang tidak terlalu tinggi dengan fasilitas lahan sudah siap tanam.
“Hal inilah terkadang yang membuat konflik antara perusahaan dengan warga setempat, karena si mafia untuk membuka lahan telah mengajukan berbagai pembangunan untuk wilayah setempat, setelah itu kepada perusahaan pembeli tidak diberitahu tentang janji pembangunan kepada masyarakat,” jelasnya.
FWI menyarankan kepada Pemda untuk melakukan penilaian terhadap lahan yang diperbolehkan untuk menanam sawit. Maka untuk menjaga hutan, diharapkan peranan dari masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mahasiswa untuk melakukan pengawasan.
“Kalau hanya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan sektor perkebunan itu tidak sebanding dengan kehilangan hutan yang jauh lebih besar dan berharga nilainya. Ditambah lagi akan punahnya keanekaragaman hayati dan kebudayaan dalam masyarakat pedalaman yang ikut terganggu,” ungkapnya. (Sai/02)
Artikel ini telah dibaca 1446 kali