KalbarOke.Com – Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, mendorong para pelaku usaha di provinsinya untuk mengoptimalkan Pelabuhan Internasional Kijing. Menurutnya, pemanfaatan pelabuhan ini menjadi kunci untuk menghentikan kerugian ekonomi yang telah berlangsung puluhan tahun.
Selama ini, banyak komoditas unggulan Kalbar seperti sawit dan hasil tambang diekspor melalui pelabuhan di luar provinsi, seperti Dumai, Tanjung Priok, dan Jawa Timur.
Dalam acara Panggung Inspirasi Petani yang diinisiasi oleh Perkumpulan Petani Kratom Nusantara (PPKN) di GOR Indoor Voli Putussibau, Jumat (5/9/2025), Krisantus menyampaikan kekesalannya.
“Kita ini sudah puluhan tahun rugi. Sawit kita, tambang kita, malah dicatat sebagai hasil bumi Jakarta atau Riau,” tegasnya. “Maka saat saya dilantik sebagai Wakil Gubernur, saya terus mendorong Pelindo agar Pelabuhan Kijing segera difungsikan secara maksimal.”
Krisantus menyoroti bahwa Pelabuhan Kijing kini sudah beroperasi dan menjadi kontribusi besar bagi Kalbar.
Beberapa komoditas, baik dari sektor perkebunan maupun pertambangan, telah mulai diekspor melalui pelabuhan tersebut. Ia menekankan pentingnya bagi para pengusaha untuk segera mendaftarkan aktivitas ekspor mereka melalui jalur ini.
Kratom: Komoditas Primadona Baru yang Menguatkan Perekonomian
Dalam kesempatan yang sama, Krisantus juga berbicara mengenai potensi besar kratom sebagai komoditas pertanian andalan Kalbar. Ia meminta para petani kratom untuk fokus pada kualitas, bukan hanya kuantitas, agar produk mereka bisa bersaing di pasar internasional.
“Dunia menuntut kualitas. Pasar Eropa, Amerika, dan Asia menginginkan kratom yang berkualitas tinggi,” katanya. Ia juga mengingatkan agar petani menjaga reputasi produk dengan tidak mencampur daun kratom dengan daun lain.
Potensi kratom di Kalbar sangat besar. Berdasarkan data tahun 2018, tercatat 45.833 hektar lahan kratom yang dikelola oleh lebih dari 46 ribu kepala keluarga di Kapuas Hulu. Pemerintah Provinsi Kalbar juga serius mendukung komoditas ini dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2022, bahkan sedang merancang Peraturan Daerah untuk tata niaga kratom.
Ditambah lagi, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 dan 21 Tahun 2024 telah membuka pintu ekspor kratom dengan persyaratan tertentu, menunjukkan komitmen pemerintah pusat.
Setelah membuka acara, Krisantus diajak oleh Ketua PPKN, Abang Muhammad Nasir, untuk melihat langsung mesin pengolahan kratom terbesar di Kalimantan Barat. Hal ini menunjukkan bahwa industri kratom di Kalbar tidak hanya berhenti pada penanaman, tetapi juga berkembang hingga pengolahan skala besar.
Dengan dukungan pemerintah dan optimalisasi Pelabuhan Kijing, komoditas lokal seperti kratom diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi yang membawa Kalbar menuju kemandirian. (adp/01)
Artikel ini telah dibaca 24 kali