PONTIANAK, KB1- Pihak sekolah mengaku kecolongan adanya kasus kekerasan dengan tindakan pemukulan oleh siswa kelas SMA Taruna. Wakil Kepala SMA Taruna Pontianak, Nuswantari mengatakan peristiwa pemukulan seorang siswa kelas X yang menjadi korban dari kakak kelasnya semata-mata karena faktor individu pelaku.
“Tidak ada hubungannya dengan sistem maupun kurikulum belajar mengajar di sekolah ini,” katanya, kepada kalbarsatu.com. Menurutnya pihak sekolah tidak pernah menerapkan sistem senoritas di lingkungan sekolah maupun asrama.
Ia juga berkilah, lambatnya penanganan terhadap korban menurutnya karena korban yang tidak melaporkan kejadian ini kepada pihak sekolah. Padahal untuk meningkatkan pengawasan serta ketertiban di asrama, pihak sekolah telah menambah staf asrama dengan bekerja sama dengan Lanud Pontianak.
Dengan terjadinya peristiwa ini pihak sekolah merasa kecolongan dalam melakukan pengawasan terhadap para anak didiknya. Akibat peristiwa pemukulan ini menyebabkan dua orang siswa kelas 10 SMA taruna mengalami kerusakan pada selaput gendang pada bagian telinga, sedangkan satu korban lainnya hanya mengalami luka luar. Namun dampak psikologis yang dialami korban juga perlu mendapat perhatian.
Kronoligis Kejadian
Aksi kekerasan siswa SMA Taruna Pontianak ini berawal dari masalah sepele. Lebih tepatnya pada saat makan malam di area asrama Sma Taruna Bumi Khatulistiwa. Chandra Andreas siswa kelas 10 IPA sekolah ini dianiaya oleh beberapa seniornya yang duduk di bangku kelas 12.
Paman Korban Niko Jehalut mengatakan Chandra mengalami beberapa pukulan sebelum akhirnya tamparan keras berhasil memecahkan gendang telinga sebelah kirinya pecah. Chandra Andreas merupakan penghuni baru di asrama SMA taruna Bumi Khatulistiwa. Sebelumnya dia berdomilisili di daerah bodok dan menamatkan pendidikan sekolah menengah di sana.
Paman korban mengatakan Chandra tinggal di asrama sekitar tiga bulan lalu atas keinginannya sendiri. Setelah peristiwa penganiayaan ini, Niko berencana akan menempuh jalur hukum agar kejadian ini tidak terulang di masa akan datang.
Pasca aksi kekerasan tersebut, pihak sekolah telah dua kali melakukan upaya mediasi antara wali korban dan orang tua pelaku penganiayaan. Niko selaku wali dari Chandra Andreas mengaku telah memaafkan para pelaku dan tidak menyimpan dendam. Namun untuk mencegah kejadian serupa tidak terulang dimasa yang akan datang. (tan/01)
Artikel ini telah dibaca 2278 kali