Sains Harus Dekat, Relevan dan Membumi di Kehidupan Masyarakat

Ilustrasi sains tak hanya hidup di ruang kelas dan laboratorium namun juga di kehidupan sehari-hari.

KalbarOke.com – Bagaimana jika sains tak hanya hidup di ruang kelas dan laboratorium, tapi juga hadir di taman kota, pameran seni, dan film yang kita tonton sehari-hari? Inilah gagasan segar yang dibawa oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) saat menjalin kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam audiensi yang digelar di Balai Kota, Senin 30 Juni 2025.

Melalui Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Minatsaintek), Kemdiktisaintek mendorong konsep membumikan saintek, menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari budaya hidup masyarakat. Audiensi ini dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Direktur Minatsaintek Yudi Darma, dan Staf Khusus Menteri Kemdiktisaintek Ezki Suyanto.

“Transformasi menuju masyarakat berbasis pengetahuan tidak bisa hanya mengandalkan kurikulum sekolah. Sains harus menyatu dengan budaya dan kehidupan sehari-hari,” tegas Yudi Darma.

Baca :  Heboh Robot Polisi di Monas, Netizen Bertanya: “Untuk Apa Sih?” Ini Jawaban Lengkapnya!

Salah satu ide menarik yang muncul dalam diskusi adalah menggandeng ikon budaya Betawi seperti Benyamin Sueb sebagai inspirasi narasi sains yang lokal dan relevan. Bahkan, korespondensi klasik ala zaman dahulu pun dipandang sebagai bentuk awal dari komunikasi ilmiah.

Yudi menambahkan, “Kalau dari 100 orang yang hadir di sebuah kegiatan, ada satu anak yang mulai melihat sains dengan cara baru, itu sudah jadi keberhasilan luar biasa.”

Tak sekadar gagasan, kolaborasi ini juga membahas langkah konkret. Salah satunya adalah rencana membangun living lab atau laboratorium hidup di ruang-ruang publik Jakarta, seperti taman kota, ruang komunitas, dan pusat edukasi. Warga bisa belajar sains secara interaktif—tanpa harus duduk di kelas.

Rano Karno menyambut baik inisiatif ini dan membuka pintu lebar bagi kolaborasi lebih luas ke depan. “Kita sangat terbuka untuk kerja sama dengan Kemdiktisaintek. Banyak potensi di Jakarta yang bisa digerakkan,” ujarnya.

Baca :  Dua Program Strategis Kemdiktisaintek Dorong Hilirisasi Riset dan Inovasi Nasional 2025

Diseminasi saintek juga akan diperkuat lewat medium budaya populer—film, buku, seni rupa, hingga media sosial. Salah satu contohnya adalah keberhasilan pameran SciArt 8.0 di Yogyakarta, yang kini sedang dijajaki untuk dibawa ke ibu kota.

Lebih dari sekadar kampanye literasi, gerakan ini bertujuan menciptakan masyarakat yang rasional, inklusif, dan partisipatif, di mana sains bukan milik segelintir orang, tapi bagian dari kesadaran kolektif warga kota.

Kolaborasi ini menjadi langkah awal menjadikan Jakarta bukan hanya kota yang modern secara fisik, tapi juga cerdas secara pengetahuan. Tantangan seperti kesenjangan akses, hambatan bahasa, dan struktur birokrasi tetap ada, tapi pendekatan lintas sektor dan reflektif seperti ini menjadi harapan baru untuk menjembatani jarak antara sains dan masyarakat. (deL/R**)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 152 kali