STKIP Widya Pratama Gelar Seminar. Bangun Universitas Berorientasi Pasar

PONTIANAK, KB1-Karena masih minimnya layanan pendidikan perguruan tinggi yang berorientasi kebutusan pasar, Sekolah Tinggi Ilmu Kependidikan (STKIP) Widya Pratama Pontianak menggelar Seminar Internasional, Rabu (12/11/2014) di Hotel Santika, Pontianak. Demikian disampaikan Ketua Yayasan Widya Pratama Pontianak, Andreas Muhrotien, Senin (10/11/2014 ).

“Hal ini terlihat dari masih minimnya pendidikan bidang perkebunan dan perikanan, padahal potensi kedua bidang ini sangat tinggi di Kalbar,” kata Andreas.

Untuk itu dalam pihaknya akan menampilkan para pembicara dari dalam dan Luar Negeri. Antara lain, Dr Yabit Alas, Direktur Sekretariat Studi Borneo Network (BSN) yang juga dosen dari Universiti Brunei Darusalam (UBD), Prof Dr Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universits Negeri Semarang (UNES), Drs. Hardjono, M.Pd , Dekan FIP Unes, Dr Moch. Bruri Triyono, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik universitas Negeri Yogjakarta (UNY), Prof. Dr. James Collin, Ph.D dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Jaya Ramba, Sastrawan Muda Sarawak, Malaysia.
Menurut Andreas, seminar ini juga akan membahas Strategi Peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK), yang diperoleh dari jumlah mahasiswa di Kalbar, dibagi usia sekolah di perguruan tinggi yang ada. Hal ini kata dia sangat berguna untuk memperoleh masukan guna bagi STKIP Widya Pratama Pontianak.

Sementara itu Dr Yabit Alas, salah seorang narasumber mengatakan, akademik dapat diukur kinerjanya melalui cited paper, yang berarti tidak hanya menghasilkan jurnal yang berkualitas, tetapi juga harus menarik dan berguna, dibuktikan dengan jumlah riset yang dihasilkan. Dia mencontohkan di UBD, transformasi capaian akademik dari teaching menjadi riset ini membawa dampak paling besar dalam menjadikan UBD sebuah kampus yang dinamis dan juga menarik banyak dana masuk ke dalam kampus.

Berkenaan dengan itu kata Yabit, pihaknya baru saja mendeklarasikan BSN pada 27-28 Oktober 2014 di Brunei dalam membangun lingkungan yang kondusif dan sistematis bagi para peneliti dari lembaga anggota dan afiliasinya.

“Ada 12 institusi dari seluruh Borneo hadir dalam acara tersebut, termasuk dari Kalimantan Barat,” kata Yabit.

Kedua belas institusi tersebut adalah Universiti Brunei Darussalam , Universitas Borneo Tarakan , Universitas Palangka Raya, Universitas Islam Kalimantan , Universiti Malaysia Sarawak , Universiti Malaysia Sabah , Universitas Mulawarman ( Samarinda – Indonesia ) , Universitas Lambung Mangkurat ( Banjarmasin – Indonesia ) , Universitas Balikpapan ( Indonesia ) , dan Universitas Tanjungpura , Institut Dayakologi , Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung dan Mata Enggang Institut .

Jaringan ini sendiri kata dia, didirikan pada tahun 2012 untuk mengatasi kebutuhan untuk penelitian dalam dan dari dunia ketiga pulau terbesar Kalimantan , yang juga salah satu hotspot keanekaragaman hayati yang paling penting di dunia.

Sebelum menghadiri seminar dua sastrawan dari Sarawak, Malaysia, Jaya Ramba dan Poul Nanggang terlebih dahulu memberi kuliah umum di Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo Agustinus. (rilis/01)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1746 kali