PONTIANAK, KB1-Kalimantan Barat, memiliki prestasi yang bagus karena angka partisipasi perempuan ber-KB lebih tinggi dari angka nasional.
“Angka kelangsungan ini harus dijaga agar tidak banyak yang drop out, sehingga laju pertumbuhan penduduk semakin tidak terkendali,” ungkap Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr. Sudibyo Alimoeso.
Dibyo mengatakan, meskipun pertambahan jumlah peserta KB Baru sangat besar, yaitu rata-rata 6,8 juta/tahun, tetapi tidak mampu meningkatkan angka prevalensi pemakaian alat kontrasepsi atau CPR secara signifikan.
Hal itu, katanya, disebabkan diantaranya oleh tingginya ketidakberlangsungannya kepesertaan ber-KB yang tidak terlayani/unmet need dari jumlah pasangan usia subur sebesar 9,1 persen (SDKI 2007) menjadi 8,5 persen (SDKI).
“Diantaranya disebabkan karena masih banyaknya keinginan PUS untuk hamil lagi. karenanya program-program BKKBN yang dilakukan selama ini diharapkan supaya merata dan berkesinambungan serta agar Kalbar benar-benar lebih maju dan lebih makmur,” kata Dibyo.
Ia menambahkan, Kalbar harus tetap memberikan perhatian ekstra kepada tingkat kelahiran remaja yang sangat memprihatinkan dan memerlukan perhatian serius serta langkah konkrit yang mendesak lakukan.
Sementara itu telah erjadi stagnansi terhadap pencapaian Total Fertility Rate (TFR) pada perempuan usia Reproduksi selama 10 tahun, mulai dari tahun 2002 hingga 2012.
“Angkanya hanya 2,6 pada perempuan usia reproduksi. Sementara laju pertumbuhan penduduk justru meningkat dari 1,45 persen per tahun (Sensus Penduduk tahun 2000) menjadi 1,49 Persen per tahun (S 2010),” paparnya.
Ia menambahkan Stagnan TFR tersebut diantaranya sebagai akibat dari capaian Contracetive Pervalence Rat (CPR) meningkat sangat kecil yaitu hanya 0,5 persen selama 5 tahun pada periode tersebut atau hanya naik 0,1 persen setiap tahun dari 57,4 persen (SDKI 2007) menjadi 57,9 persen (SDKI 2012).(dik/06)
Artikel ini telah dibaca 1503 kali