PONTIANAK, KB1- Sejumlah Warga Jalan Tanjung II, Kecamatan Pontianak Timur melontarkan sumpah serapah kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kalbar. Bagaimana tidak, pemadaman listrik yang dilakukan perusahaan plat merah tersebut di luar batas.
“Pemadaman lilstrik sih boleh saja, tapi masak sampai tujuh jam,” kata Fitri, warga Gang Karya Bhakti, Jalan Tanjung Raya II.
Menurut Fitri, pemadaman listrik tersebut terjadi pada Senin (27/10/2014) sekitar pukul 14.00-19.00 WIB. Ia yang saat itu sedang mengerjakan tugas kantor harus rela pekerjaannya terbengkalai gara-gara listrik alami byar pet.
Hal senada disampaikan Amat, warga Gang Delima Mas, Tanjung Raya II. Selama seharian di komplek ia tinggal menjadi gelap. Ia pun kecewa dengan pelayanan dilakukan oleh PLN. “Tarif listrik sudah naik, bukannya mau meningkatkan pelayanan, justru lebih senang padamkan listrik,” tuturnya, kepada kalbarsatu.com.
Bukan rahasia umum lagi, DI Kalimantan Barat kondisi kelistrikan sudah sangat memprihatinkan. Kondisi itu juga diamini oleh pihak PLN sendiri. Hingga tahun ini saja, rasio elektrifikasi atau tingkat ketersediaan listrik di Kalimantan Barat baru mencapai 72 persen. Angka ini masih di bawah rata-rata rasio elektrifikasi nasional yang mencapai 81 persen. Saat ini saja, ada lebih 70 ribu calon pelanggan baru yang menunggu setrum PLN menghampiri mereka.
General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Kalbar, Hot Martua Bakara mengatakan, banyak kendala yang dialami pihaknya dalam memenuhi permintaan sambungan baru ke masyarakat. Masalah paling utama adalah ketersediaan pembangkit.
“Saat ini kondisi daya kita cukup, tetapi pas-pasan. Daya yang kita punya hampir sama angkanya dengan konsumsi masyarakat di beban puncak. Apabila ada satu mesin pembangkit saja yang mengalami masalah, pemadaman tidak akan dapat dihindari,” ujarnya dikutip kabarkalimantan.com.
Hot Martua Bakara menambahkan, daftar tunggu PLN Kalbar membengkak. Permasalahan lain, luasnya wilayah Kalbar, sehingga PLN memerlukan investasi yang sangat besar untuk membuat jaringan distribusi hingga ke daerah-daerah terpencil.
Dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jungkat, Kabupaten Mempawah dan Tanjung Gundul, Kabupaten Bengkayang yang diyakini akan menyelamatkan kelistrikan di Kalbar belum juga rampung.
Kedua PLTU tersebut akan masuk ke sistem khatulistiwa dengan kemampuan masing-masing; Jungkat 50×2 MW dan Tanjung Gundul 27,5×2 MW. Harga batu bara saat ini dinilai lebih ekonomis ketimbang menggunakan solar maupun MFO. Selama kedua PLTU itu belum selesai, maka PLN akan terus menyewa mesin diesel.Hot menyebut, proyek tersebut akan selesai tahun depan.
“Kemungkinan yang di Tanjung Gundul duluan selesai. Perkiraannya pada triwulan III 2015. Mudah-mudahan sebelum itu sudah selesai. Sedangkan yang di Jungkat juga sedang dalam tahap pengerjaan,” sebutnya.
Namun hingga sekarang pihaknya belum berani memastikan kedua PLTU tersebut langsung dapat digunakan.
“Tidak ada yang pasti. Kami harus memperhitungkan juga risiko lainnya. Kami juga berharap cepat bisa digunakan, karena bahan bakar minyak sangat mahal,” sambungnya.
Satu lagi proyek raksasa yang sedang ditunggu hasilnya adalah pembelian listrik dari Sarawak, Malaysia berkekuatan 230 Mega Watt. Saat ini pembangunan jaringan listrik untuk pembelian listrik dari Malaysia tengah dibangun. Seperti pembangunan jaringan listrik besar 150 KV dari Jagoi Babang di perbatasan dengan Serawak menuju Bengkayang sejauh 70 km.(red*ags)
Artikel ini telah dibaca 1300 kali