PONTIANAK, KB1- Berdasarkan laporan kerja Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) Kalimantan Barat yang hasil kerja sama Habibie Center Jakarta dan Elpagar dimana memperlihatkan kekerasan dalam konflik lahan cenderung meningkat dari tahun ketahun.
Tercatat 128 kekerasan terkait dengan konflik lahan yang mengakibatkan 15 tewas, 59 korban cedera, dan 64 bangunan rusak. Tahun 2002 tercatat sebagai periode dengan insiden kekerasa terkait lahan konflik lahan yang paling besar yaitu 19 insiden dengan dampak 3 tewas, 7 cedera dan 20 bagunan rusak. Sedangkan pada tahun 2014 tercatat 6 insident kekerasan, 4 cedera, dan 1 bangunan rusak.
Kota Pontianak merupakan wilayah konflik lahan terbanyak 44 insiden mengakibatkan 1 tewas , 24 cedera, dan 8 gedung rusak. Tingginya intensitas koflik lahan di Pontianak disebabkan pertikaian batas lahan sesama warga, dan perebutan harta warisan.
Sebagaian besar kekerasan terkait dengan konflik lahan terjadi dalam bentuk pengerusakan dan penganiayaan. Insiden penganiayaan mengakibatkan 10 korban tewas, 31 terluka, sedangkan pengerusakan mengakibatkan 1 tewas, dan 48 bangunan rusak.
Bila melihat aktor dalam insiden kekerasan terkait konflik lahan, data SNPK menyajikan 128 insiden kekerasan yang melibatkan warga menyarakat, seperti konflik warga versus warga, warga versus pihak swasta , konflik lahan antara warga sekitar 20persen, konflik lahan dengan pemerintah sekitar 2 persen, konflik lahan dengan pihak swasta sebesar 12 persen dan yang terakhir yaitu konflik lahan dengan kelompok yang tidak jelas yakni sebesar 62 persen. (sai/03)
Artikel ini telah dibaca 1547 kali