PONTIANAK, KB1 – Satu diantara jama’ah haji Kota Pontianak yang tergabung dalam rombongan 5 saat lempar jumrah adelah Nauval Tri Pramadela. Dirinya mengaku berada di lokasi kejadian saat tragedi mina terjadi. Rombongan jama’ah haji Kota Pontianak yang banyak menjadi korban dikatakannya adalah rombongan 9. Menurut Nauval mereka memilih untuk pergi melempar jumrah lebih awal, karena mempertimbangkan jarak maktab yang terbilang jauh dari lokasi melempar jumrah.
“Kita jadwalnya jam setengah satu, pertimbangannya kita pergi lebih awal karena jarak maktab kita paling jauh, maktab 01 itu, sedangkan kita diharuskan melewati jembatan, bukan jalan yang 204, itu pertimbangan kita,” cerita Nauval saat tiba di Pontianak.
Nauval melanjutkan, saat desakan antar jama’ah terjadi, dia bersama rombongannya menepi ke sebelah kanan jalan sehingga terhindar dari aksi saling dorong. Sedangkan rombongan 9 yang ada di di depan rombongannya tidak bisa menghindar dari desakan jama’ah haji lain.
“Saat rombongan di depan mulai berhenti, desakan dari belakang jalan terus, kami menghindar ke sebelah kanan, jadi tidak terjebak aksi desakan dan saling dorong itu, Alhamdulillah kami diselamatkan dari tragedi ini, juga karena doa’a keluarga dan rekan di tanah air,” ujarnya.
Sedangkan Erwin Anwar jama’ah haji lainnya mengaku melihat langsung proses pengamanan sesasat sebelom tragedi mina terjadi. Menurutnya memang saat itu pengamanan tampak ditingkatkan karena akan ada keluarga kerajaan Arab Saudi yang akan melempar jumrah.
“Saat memasuki jamarat itu saya melihat langsung sudah ada pengamanan ekstra oleh tentara, kami dilarang keluar dari jalur melontar jumrah, merapat ke dinding saja dilarang. Usai melontar jumrah kami inging melakukan tahalul bersama-sama di didekat dinding itu, tapi juga dilarang petugas dan disuruh langsung keluar, dari situ saya melihat memang ada keluarga kerajaan yang akan melontar jumrah,” paparnya.
Dalam tragedi mina sedkitnya 17 orang jama’ah haji Kalimantan Barat menjadi korban, sebagian besar dari mereka adalah yang tergabung dalam kloter 14 Kota Pontianak. Agar tragedi ini tidak terjadi lagi, jama’ah meminta pemerintah menyediakan maktab yang lebih dekat dengan lokasi melempar jumrah (wah/06).
Artikel ini telah dibaca 1740 kali