Pencinta kuliner viral pasti tidak asing dengan nama Cungkring Mr. Friday atau yang akrab disapa Cungkring Pak Jumat. Warung makan legendaris ini seringkali jadi buruan warganet. Namun, sepenggal kisah dari seorang pengunjung menunjukkan betapa tingginya antusiasme pembeli. Warung ini bisa ludes hanya dalam dua jam setelah buka.
Cungkring Pak Jumat yang berlokasi di depan Jalan Suryakencana, Bogor, ini ternyata sudah mulai buka sejak pukul 7 pagi. “Alhamdulillah hari ini lagi ramai tadi. Jam 7 sudah ramai,” ungkap penjual.
Apa Itu “Cungkring”?
Ternyata, nama “cungkring” sendiri memiliki singkatan unik. Menurut penjual, Cungkring adalah singkatan dari “cungur kaki pakai keringan.”
- “Cungur kaki” mengacu pada bagian kaki sapi, termasuk kikil, urat, dan kuku sapi yang memiliki tekstur kenyal dan lembut.
- “Keringan” adalah sebutan untuk gorengan tempe garing yang menjadi pelengkap hidangan.
Uniknya, gorengan tempe ini memiliki bumbu ketumbar yang kuat, menjadikannya elemen penting dalam perpaduan rasa. “Makanannya harus satu kesatuan. Baru dapat enaknya,” tutur penjual.
Hidangan ini disajikan dengan lontong khusus yang disebut “lontong pesor,” yaitu lontong dengan tekstur lebih halus, disiram kuah kacang, sambal, dan kecap khas Bogor.
Rasa dan Sejarah Cungkring Pak Jumat
Menurut cerita, Cungkring Pak Jumat sudah berjualan sejak tahun 1975, menjadikannya kuliner legendaris yang diakui warga Bogor. Untuk satu porsi cungkring, pelanggan cukup merogoh kocek Rp20.000, harga yang dianggap wajar mengingat bahan utama seperti kuku sapi yang sulit didapat. “Satu ekor sapi cuma dapat empat (kuku),” jelas penjual.
Pengunjung juga memberikan ulasan jujur tentang rasanya. Bumbu kacangnya tidak terlalu medok, melainkan light dan gurih, sehingga cocok untuk sarapan. “Rasanya tidak terlalu overpower,” katanya.
“Cungkring ini memang peruntukannya buat sarapan. Enak, tapi mesti yang light. Jadi kalian makannya di pagi hari itu sangat pas,” imbuhnya.
Karena ludes dalam waktu singkat, Cungkring Pak Jumat memiliki cabang di dekat lokasinya untuk mengakomodasi tingginya permintaan. Namun, pengunjung disarankan datang lebih pagi atau bersiap-siap untuk mengantre. Kisah Cungkring Pak Jumat menjadi bukti bahwa kuliner tradisional yang otentik dan lezat akan selalu punya tempat di hati masyarakat. (GFM)
Artikel ini telah dibaca 158 kali