Tanaman jeruk pernah menjadi primadona di Kecamatan Tebas, sejarah kejayaan tanaman ini penuh dengan liku-liku dan proses jatuh bangun. Bahkan para petani jeruk sempat mengalami fase putus asa karena cobaan yang mereka alami begitu berat. Namun saat ini kejayaan tanaman jeruk perlahan mulai bangkit kembali.
SAMBAS, KB1 – Kemahsyuran Kecamatan Tebas sebagai daerah penghasil jeruk telah mengalami pasang surut sejak awal dirintis pada tahun 1953 silam di Desa Bekut. Berbagai peristiwa suka maupun duka telah dirasakan oleh para petani jeruk di daerah ini, mulai dari naik turun harga yang tajam hingga panen raya yang membuat perekonomian mereka membaik.
Kecamatan Tebas merupakan satu-satunya penghasil jeruk di Kabupaten Sambas, bahkan Propinsi Kalimantan Barat yang dikenal dan diakui kesuksesannya menghasilkan jeruk dengan kualitas baik. Hampir semua jeruk yang beredar di pasar buah Kalbar bisa dipastikan berasal dari daerah ini. Satu diantara bukti lain ke-digdayaan Kecamatan Tebas sebagai penghasil jeruk adalah dibangunnya monumen tugu jeruk di tepi jalan raya menuju Kecamatan Tebas.
Sejarah penanaman jeruk di Kecamatan Tebas dimulai pada tahun 1953, kala itu masyarakat di sana mendapat bantuan bibit Jeruk Siam yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Bantuan tersebut sepertinya tepat sasaran, masyarakat menyambutnya dengan baik, sebab tanaman jeruk tumbuh subur di Kecamatan Tebas. Saat ditanam di tanah Kecamatan Tebas, tanaman jeruk menghasilkan buah yang besar dan manis dengan produktifitas yang baik pula. Tak menunggu lama, tanaman jeruk mulai memasyarakat di daerah ini, luas penanaman meningkat drastis dalam waktu yang singkat. Selang tiga tahun kemudian panen perdana pun digelar, tak tanggung-tanggung wakil presiden Mohammad Hatta kala itu datang langsung untuk melihat keberhasilan perkebunan jeruk di Kecamatan Tebas.
Satu diantara saksi mata dalam kejayaan tanaman jeruk di Kecamatan Tebas adalah H. Musni yang tinggal di Desa Tebas Kuala. Dirinya mengaku sempat bersamalam dengan Bung Hatta saat menghadiri panen perdana jeruk di Kecamatan Tebas.
“Ramai sekali waktu panen perdana itu, Bung Hatta sampai langsung datang menyaksikan panen perdana, masyarakat bergitu bersemangat menanam jeruk sebab hasilnya sangat menjanjikan,” ceritanya.
Keberhasilan perkebunan jeruk di Kecamatan Tebas juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ini. Dikatakan H. Musni setelah beberapa kali panen, banyak orang di Tebas yang mendaftar untuk menunaikan Ibadah Haji, padahal untuk berhaji saat itu cukup mahal dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang dengan ekonomi menengah ke atas. Tanaman jeruk di Kecamatan Tebas benar-benar menjadi andalan masyarakat, sebab harga serta penjualannya sangat berpihak pada mereka.
“Sampai-sampai kami membuat istilah sepuluh kilo jeruk bisa untuk biaya berangkat Haji saat itu, ini yang membuat masyarakat begitu bersemangat menanam jeruk,” lanjutnya.
Perjalanan sejarah tanaman jeruk di Kecamatan Tebas bukan tanpa hambatan, kondisi suram juga pernah dirasakan para petani jeruk di daerah ini. Cobaan pertama datang setelah 15 tahun penanaman pertama jeruk, sekitar tahun 70-an serangan hama memukul bisnis jeruk di Kecamatan Tebas.
Cobaan selanjutnya datang sekitar tahun 90-an dimana kejayaan jeruk sedang mencapai fase klimaks. Potensi ekonomi bisnis jeruk rupanya dilirik oleh sebuah perusahaan berskala nasional untuk melakukan monopoli sistem tata niaga. Saat itu petani jeruk tidak bisa menjual hasil panennya dengan leluasa. Standar harga dan kualitas ditetapkan kurang berpihak pada petani. Akibatnya biaya operasional lebih besar dari hasil yang didapat saat panen. Tak lama kemudian masalah lain datang, serangan hama membuat para petani jeruk di Kecamatan Tebas semakin terpukul, ongkos pemberantasan hama tak kuasa mereka tanggung. Akibatnya banyak petani jeruk putus asa membiarkan tanaman jeruk mereka tak terawat, bahkan ada dari mereka yang membabat habis tanaman jeruk dan menggantinya dengan komoditas lain.
“Harga jeruk pernah anjlok sampai titik terendah, jeruk tidak berharga sekali saat itu. Biaya panen dengan mengupah orang saja tidak tertutupi dengan hasil panennya, belum lagi serangan hama CVPD yang parah, para petani jeruk banyak yang berganti profesi,” cerita Beni Faisal anak kandung H. Musni.
Beni yang saat ini juga bekerja sebagai penyuluh di UPT Jeruk di Dinas Pertanian dan Peternakan Sambas hapal betul permasalahan penanaman jeruk di Kecamatan Tebas. Serangan hama yang terjadi pada tahun 90-an ini dikatakannya sangat parah karena membuat tanaman jeruk tidak tumbuh dengan baik. Petani jeruk pun tidak bisa berbuat banyak menghadapinya karena kemampuan yang kurang dari segi pengetahuan maupun materi kala itu.
Sepuluh tahun tumbang diterpa cobaan, kini bisnis tanaman jeruk di Kecamatan Tebas mulai menampakkan geliat akan bangkit kembali. Di awal tahun 2000-an pemerintah setempat memberikan stimulan agar daerah ini kembali menjadi sentra penanaman jeruk. Jiwa petani jeruk di masyarakat Kecamatan Tebas pun tergelitik. Petani jeruk yang saat itu sudah banyak beralih menanam sawit dan padi kembali menanam jeruk di lahan-lahan milik mereka. Harga sawit yang anjlok di tahun 2015 ini, dikatakan membuat para petani jeruk semakin mantap menggemburkan tanah untuk menancapkan turrus-turrus (batang) jeruk.
“Saat ini permintaan pasar juga meningkat, bahkan belum mampu dipasok oleh para petani jeruk di Kecamatan Tebas. Luas penanaman meningkat, bahkan mulai merambah desa-desa di luar Kecamatan Tebas seperti di Desa Rantau Panjang dan sekitarnya,” ujar Beni.
Kebangkitan bisnis jeruk di Kecamatan Tebas juga bisa dilihat dari pertumbuhan kelompok tani di daerah ini. Saat ini di Kecamatan Tebas sedikitnya terdapat tiga Gabungan Kelompok Tani atau gapoktan, dimana setiap gapoktan tersebut terdiri dari 25 Kelompok tani yang beranggotakan 30 orang petani jeruk. Saat ini jeruk tebas dijual dengan harga diatas 10 Ribu Rupiah perkilonya untuk yang kualitas A dan B, sedangkan untuk jeruk kualitas C harganya Rp 8.000/Kg.
“Satu pohon jeruk minimal bisa menghasilkan tiga kilo jeruk saat panen, dengan harga perkilonya seperti saat ini, prosepek bisnis jeruk di Kecamatan Tebas sangat menjanjikan,” lanjut Beni.
Menurut Beni, Kecamatan Tebas sangat potensial untuk menjadi sentra penanaman jeruk, sebab kondisi tanah di darah ini ph dan unsur haranya sangat mendukung. Masyarakat setempat sudah sangat akrab dengan tanaman ini (tan/06).
Artikel ini telah dibaca 2422 kali