Indeks

Pemberdayaan Masyarakat Demi Konservasi Hutan Berkelanjutan di Tanah Air

Ilustrasi PRCF Indonesia menegaskan konservasi hutan tak bisa dipisahkan dari pemberdayaan masyarakat sekitar. Program perhutanan sosial digencarkan untuk menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan ekonomi warga. Foto: pixabay

KalbarOke.com – Upaya menjaga kelestarian hutan tidak bisa dilepaskan dari peran masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi pijakan utama PRCF Indonesia (Perkumpulan Konservasi Sumber Daya Alam) dalam menjalankan program konservasi.

Founder sekaligus Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda, menegaskan bahwa masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam menjaga ekosistem.

“Sejak awal kami sadar, jika ingin program konservasi berjalan berkelanjutan, maka masyarakat harus lebih dulu diberdayakan. Sehingga ketika suatu saat kami tidak ada lagi, merekalah yang akan melanjutkan,” ujarnya dalam kegiatan Workshop Kolase Jurnalis Camp 2025 di Kampung Caping, Pontianak, Sabtu 23 Agustus 2025.

Dari Bukit Raya ke Kapuas Hulu

PRCF Indonesia lahir pada tahun 2000 sebagai bagian dari BRCF (Biodiversity and Resource Conservation Foundation) yang sejak 1993 berkiprah di Indonesia melalui proyek NRM di Bukit Raya. Setelah beberapa kali bertransformasi, pada 2011 lembaga ini resmi berbadan hukum sebagai yayasan.

Saat ini, PRCF Indonesia menjalankan program jangka panjang di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, serta satu program lain di Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu, Sumatera Utara, yang fokus pada habitat orangutan Tapanuli. Seluruh program menggabungkan dua pendekatan: konservasi biodiversitas dan pemberdayaan masyarakat melalui skema perhutanan sosial.

“Indonesia punya sekitar 48 juta jiwa yang tinggal di sekitar kawasan hutan, dan 20 persennya hidup dalam kondisi miskin. Dengan perhutanan sosial, masyarakat diberi akses legal untuk mengelola hutan, sehingga mereka bisa menjaga sekaligus mendapat manfaat ekonomi darinya,” jelas Imanul.

Tiga Fokus Utama Konservasi

Imanul menyebut, ada tiga fokus utama PRCF bersama masyarakat dampingan: Memperkuat kapasitas lembaga pengelola hutan, Menjaga kelestarian hutan melalui patroli dan pendataan biodiversitas, serta Mengembangkan usaha produktif berbasis sumber daya alam.

Masyarakat kini juga dibekali keterampilan penggunaan aplikasi smart patrol, yang memungkinkan mereka mendokumentasikan flora, fauna, hingga kondisi hutan secara digital hanya dengan GPS atau telepon genggam. “Dengan teknologi ini, laporan lengkap bisa dihasilkan dalam sehari, lebih cepat dan akurat dibanding manual,” katanya.

Ekonomi Alternatif dari Hasil Hutan

Selain menjaga hutan, masyarakat diarahkan mengembangkan usaha berbasis konservasi, mulai dari budidaya madu hutan, pengelolaan sumber air, hingga pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti kratom. Sebagian keuntungan dialokasikan untuk pendidikan anak-anak, bahkan hingga jenjang perguruan tinggi.

Tantangan di Lapangan

Meski begitu, masih ada tantangan besar yang dihadapi. Mulai dari keterbatasan kapasitas masyarakat dalam mengelola administrasi perhutanan sosial, godaan investasi ekstraktif seperti tambang emas, hingga regenerasi kepemimpinan di kelompok pengelola hutan desa.

“Tidak mudah bersaing dengan keuntungan cepat dari investasi besar. Tetapi dengan komitmen dan pendampingan yang konsisten, kami yakin masyarakat bisa tetap menjaga hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka,” tegas Imanul. (*/)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 87 kali

Exit mobile version