
Inovasi dibidang pertanian terkadang sulit dilakukan pada kaum petani di Indonesia yang umumnya mewarisi tata cara bertani secara turun temurun. Bagi mereka kebiasaan yang sudah dilakukan sejak lama merupakan hal yang paling benar dan memberikan dampak buruk jika dirubah. Seperti yang terjadi pada introduksi Teknik Hazton di Desa Paniraman Kabupaten Mempawah, meski sempat ditolak, namun bukti nyata berupa hasil panen yang melimpah mampu merubah kebiasaan para petani di desa ini.
MEMPAWAH, KB1 – Desa Paniraman yang terletak di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah adalah satu diantara sentra pertanian beras yang cukup besar di Propinsi Kalimantan Barat. Sudah sejak lama, desa ini memiliki penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai petani dengan sistem pertanian tradisional yang mereka pelajari secara turun temurun. Awalnya, pekerjaan menggarap sawah hingga pengolahan pasca panen yang dilakukan para petani di desa ini belum banyak mendapat sentuhan teknologi sampai akhir tahun 90-an. Namun mulai tahun 2000 hingga sekarang, kegiatan pertanian di desa ini mulai melakukan berbagai perubahan metode dengan beberapa inovasi baru untuk hasil panen yang lebih baik kualitas maupun kuantitasnya.
Satu diantara inovasi teranyar pertanian di Desa Paniraman adalah penerapan Teknik Hazton yang dikenalkan oleh Dinas Pertanian dan TPH Kalbar bersama dengan Bank Indonesia Perwakilan Kalbar awal tahun 2013 silam. Metode menanam padi dengan Teknik Hazton ini cukup berbeda dengan cara menanam padi petani tradisional di Desa Paniraman. Perbedaan yang paling kentara adalah pada jumlah semaian padi yang ditanam dalam satu lubang, dengan Teknik Hazton para petani diharuskan menyediakan benih padi lebih banyak daripada teknik SRI. Tak heran pada awal pengenalannya Teknik Hazton mendapat respons negatif dari para petani di Desa ini.
Agus Purwono, seorang penyuluh pertanian di Desa Paniraman merupakan saksi hidup masuknya Teknik Hazton di Desa ini. Agus secara langsung terlibat dalam sosialisasi dan menghasut para petani untuk beralih menggunakan Teknik Hazton saat menanam padi. Menurutnya penolakan para petani di Desa Paniraman memang terjadi karena ketidak yakinan mereka akan janji para penyuluh yang mengatakan mampu meningkatkan hasil panen hingga tiga kali dari cara tanam biasa.
“Awal dikenalkan memang tak banyak yang percaya bahwa Teknik Hazton bisa meningkatkan hasil panen sampai tiga kali lipat, bagi mereka itu tidak masuk akal, ditambah lagi saat mendengar biaya tanam meningkat karena perlu benih yang lebih banyak, mereka jadi semakin pesimis,” cerita Agus.
Untungnya kala itu upaya Agus menawarkan Teknik Hazton kepada para petani di Desa Paniraman mendapat bantuan dari Bank Indonesia perwakilan Kalbar. Para petani yang mau menggunakan teknik ini di lahan mereka diberi bantuan berupa benih dan pupuk. Stimulan seperti ini cukup berhasil membuat sejumlah petani terpikat untuk mencoba menerapkan Teknik Hazton. Meski belum banyak, Teknik Hazton mulai digunakan petani Desa Paniraman pada masa tanam tahun 2013.
“Untung tahun 2013 ada program dari Bank Indonesia berupa bantuan benih dan pupuk bagi para petani yang mau menggunakan Teknik Hazton, dengan begitu cukup banyak yang mau mencoba meskipun masih kurang percaya, ada yang nanam Cuma sebagian kecil di sawahnya,” lanjut Agus.
Hari demi hari berjalan, kekhawatiran para petani akan gagalnya Teknik Hazton ternyata tidak terbukti, bayangan mereka bahwa teknik ini akan menyedot pupuk serta menyebabkan padi tumbuh kerdil tak pernah terjadi. Bahkan saat menjelang panen, janji-janji manis para penyuluh akan hasil panen yang melimpah seakan mulai terwujud, bulir-bulir padi mereka jauh lebih banyak dibanding cara tanam biasanya, serangan hama keong mas juga ternyata bisa ditekan menggunakan teknik ini.
“Kemudian pada panen perdana, terbukti lahan yang menggunakan metode penanaman dengan Teknik Hazton memberikan hasil yang jauh lebih banyak dibanding cara sebelumnya bahkan ada yang menghasilkan 8 ton gabah kering dalam satu hektar, padahal sebelumnya hanya sekitar 3 – 4 ton,” cerita Agus.
Keajaiban Teknik Hazton yang telah terbukti membuat keraguan para petani di Desa Paniraman sirna, bukti nyata yang telah dirasakan para penggunanya membuat kegiatan sosialisasi selanjutnya menjadi lebih mudah. Bahkan ada sejumlah petani yang secara suka rela menggunakan Teknik Hazton meski tak mendapat bantuan dari Bank Indonesia. Inovasi baru ini mulai menjadi buah bibir di kalangan petani di Desa ini.
“Awal tahun 2014 sampai sekarang hampir semua petani di sini sudah menggunakan Teknik Hazton saat menaman padi, meskipun tak mendapat bantuan benih dan pupuk mereka menerapkan teknik ini secara sukarela karena telah melihat langsung hasilnya,” sambungnya.
Inovasi pertanian dengan Teknik Hazton sedikit banyak juga telah meningkatkan kesejahteraan para petani di Desa Paniraman. Betapa tidak, hasil panen yang tiga kali lipat lebih banyak jumlahnya mereka lakukan tanpa melakukan pekerjaan tambahan maupun modal yang lebih banyak. Kini para petani di desa ini telah akrab betul menggunakan Teknik Hazton, bukan tidak mungkin metode ini akan diwariskan menjadi budaya turun temurun oleh para petani di desa ini (tan/06).
Artikel ini telah dibaca 2296 kali