Anak Kalbar Terancam: Data 2024 Ungkap 1 dari 4 Balita Alami Stunting (26,8 Persen), Program PASTI Jadi Solusi

Anak Kalbar Terancam: Data 2024 Ungkap 1 dari 4 Balita Alami Stunting (26,8 Persen), Program PASTI Jadi Solusi. (Foto: IST.)

KalbarOke.Com – Masalah stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak masih menjadi tantangan serius bagi pembangunan manusia di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, angka stunting pada balita di Kalimantan Barat mencapai 26,8 persen. Angka ini berarti sekitar satu dari empat balita di provinsi tersebut mengalami kondisi kekurangan gizi kronis yang menghambat tumbuh kembang.

Kondisi ini mencerminkan tingginya kasus yang berdampak langsung terhadap perkembangan otak, kesehatan, dan potensi produktivitas ekonomi anak di masa depan.

Rindang Gunawati, Sekretaris Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, menegaskan bahwa percepatan penurunan stunting membutuhkan pendekatan yang lebih luas.

“Masalah stunting tidak hanya soal asupan makanan, tapi juga pola pengasuhan, layanan kesehatan, dan kesadaran keluarga sejak masa pra-nikah,” ungkap Rindang. Ia menekankan perlunya sinergi antar sektor dan strategi yang berfokus pada komunitas untuk mengatasi masalah ini.

Menanggapi kebutuhan mendesak ini, Program PASTI (Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia) hadir sebagai kemitraan strategis. Program ini merupakan kolaborasi antara BKKBN, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang pelaksanaannya di lapangan dipercayakan kepada Wahana Visi Indonesia hingga Januari 2027.

Baca :  3 Warga Indonesia Ditangkap Tentara Malaysia di Perbatasan Serikin, Diduga Terlibat Penyelundupan Rokok dan Bawang

Program PASTI fokus pada intervensi gizi berbasis lokal, edukasi kesehatan reproduksi remaja, dan penguatan kelembagaan di tingkat daerah. Program ini beroperasi di empat kabupaten prioritas: Kubu Raya, Sambas, Bengkayang, dan Sekadau.

Hingga September 2025, Program PASTI telah menunjukkan hasil positif, berhasil menjangkau lebih dari 4.000 orang (2.901 orang dewasa dan 996 anak).

Hotmianida Panjaitan, National Program Manager Program PASTI, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mempercepat penurunan stunting dengan strategi yang adaptif terhadap kebutuhan dan budaya masyarakat setempat.

“Kami percaya bahwa pemenuhan gizi dan kesejahteraan anak adalah bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Kami bekerja sama dengan kader dan remaja sebagai agen perubahan di tingkat desa untuk memperkuat sistem lokal,” jelasnya.

Upaya nyata yang dilakukan PASTI meliputi:

• Pelatihan Kader: Sebanyak 249 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih, yang pada akhirnya meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait gizi dan pola asuh sebesar 94,5 persen.

• Edukasi Remaja: Sebanyak 113 remaja peer educator (pendidik sebaya) berhasil memberikan pelatihan tentang kesehatan remaja, gizi, pencegahan anemia, dan stunting kepada lebih dari 700 remaja usia 15–19 tahun.

Baca :  DPRD Kalbar Sahkan APBD 2026 Senilai Rp 6,2 Triliun, Fokus Jaga Stabilitas Pembangunan Daerah

Salah satu intervensi unggulan PASTI adalah kelas Pos Gizi DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), yang menyasar balita dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK). Melalui sesi edukasi dan praktik memasak menggunakan bahan pangan lokal, program ini berhasil menunjukkan peningkatan berat badan pada anak dan ibu hamil.

Marsiti, seorang Ibu Baduta (bayi di bawah dua tahun) dari Kabupaten Kubu Raya, menceritakan manfaat langsung yang dirasakan. “Berat anak saya naik sekitar 500 gram setelah ikut kegiatan. Sekarang saya lebih paham soal menu sehat, dan keluarga juga ikut bantu saat makan bersama,” tuturnya.

Elis, salah satu kader yang terlibat, menambahkan bahwa perubahan terbesar adalah meningkatnya pemahaman masyarakat. “Dulu banyak yang hanya fokus membuat anak kenyang, sekarang mulai sadar pentingnya gizi seimbang dan pola pengasuhan yang benar,” ujarnya.

Komitmen pemerintah daerah juga menjadi kunci, di mana program PASTI di Kabupaten Kubu Raya sudah terintegrasi dalam dokumen perencanaan daerah. Integrasi ini memperkuat kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dalam pelatihan kader dan pendampingan yang berbasis data dan perubahan perilaku.