PONTIANAK, KB1- Pembantu Dekan III Fisipol Untan, Syarif Usmulyadi menyebutkan, polisi muda dan minim pengalaman mengawal aksi demo di lapangan, seringkali berujung bentrokan dari dua kubu. Contohnya adalah aksi pemukulan oknum anggota polisi terhadap mahasiswa, Senin lalu.
Menurutnya, prosedur pengawalan yang dilakukan kepolisian di lapangan dianggap kurang tepat, terlebih polisi yang masih muda, sehingga memiliki tingkat emosional relatif tinggi. “Padahal aksi demonstrasi bukanlah sebuah kegiatan anarkis yang perlu mendapat perlakuan keras dari aparat keamanan,” katanya.
Idealnya para petugas yang berada di barisan depan pengamanan itu adalah mereka yang sudah berpengalaman dalam pengendalian massa. Termasuk tingkat emosional yang stabil.
Yang terjadi justru sebaliknya, pengerahan personil untuk mengawal aksi demo justru justru polisi muda yang baru saja menyelesaikan pendidikan. Pembinaan yang tidak matang justru membuat mereka terpancing untuk melakukan tindak kekerasan.
Aksi demonstrasi baik oleh mahasiswa maupun elemen masyarakat lainnya hendaknya tidak dipandang sebagai kegiatan yang anarkis. Sebab penyampaian pendapat melalui demo merupakan perwujudan demokrasi di negara Indonesia (tn)
Artikel ini telah dibaca 2063 kali